- 28 Maret 2005
Inovasi
Sepeda Motor Hidrogen
Sebuah prototipe emissions natural vehicle (ENV), sepeda motor bertenaga hidrogen, diperkenalkan awal bulan lalu di London, Inggris. Sepeda motor ini menggunakan mesin sebesar koper yang diisi hidrogen bertekanan tinggi.
Mesinnya mampu mencapai kecepatan 50 mil per jam atau sekitar 80 kilometer per jam. Bahan bakar tersebut rata-rata bisa digunakan selama 4 jam dengan jarak tempuh 100 mil, atau sekitar 161 kilometer, sebelum diisi ulang.
Yang pasti, dengan bahan bakar hidrogen, sepeda motor ini tanpa emisi dan tak berisik. Namun, keunggulan terakhir inilah yang menjadi masalah. Buat sebagian orang, tanpa suara berisik yang dihasilkan knalpot, sepeda motor ini barangkali menyenangkan. Tapi, dilihat dari sisi yang lain, tanpa suara meraung, sepeda motor ini justru berbahaya karena pengendara lain atau penyeberang jalan bisa tak mendengar dan mengetahui keberadaan sepeda motor ini.
"Untuk penjualan secara massal, kami akan menambahkan modul suara dan cahaya," kata Harry Bradbury, Chief Executive of Manufacturer Intelligent Energy.
Ia mengatakan, nantinya mesin akan mengeluarkan suara untuk memberi tahu pengendara lain, namun bisa dipindahkan ke model tanpa suara. Prototipe sepeda motor ini membutuhkan biaya pembuatan yang masih lumayan mahal, US$ 8.300 atau sekitar Rp 78 juta.
Rambo dari Israel
Perang di zaman baru ini akan lebih mengandalkan teknologi. Selain akan irit biaya di medan laga, juga irit nyawa. Perusahaan asal Israel, Tadiran Spectralink Ltd., yang bermarkas di Holon, mengembangkan alat yang mampu memberikan data dan informasi mengenai lokasi dan pergerakan musuh dengan tepat.
Alat yang disebut video receiver and monitor for battlefield operations (V-Rambo) ini berbentuk seperti televisi mini yang dipasang seperti jam tangan. Dalam alat ini terdapat alat penerima mini yang dihubungkan dengan satelit pengintai.
Semua informasi ditampilkan dalam layar sebesar 3 inci yang mampu menerima gambar dengan kecepatan 30 frame per detik. Teknologi ini sebenarnya versi mini Video Link TVL-II yang dipasang Israel untuk helikopter dan tank. "Kini hanya dibutuhkan hitungan detik untuk mengetahui posisi lawan dengan tepat," kata Itzhak Beni, CEO Tadiran Spectralink Ltd.
Tenda Tipis dari Inggris
SALAH satu kebutuhan pengungsi akibat bencana alam atau perang adalah tempat berteduh sementara atau tenda pengungsian yang bisa dibangun dalam waktu singkat. William Crawford dan Peter Brewin, mahasiswa pascasarjana di Royal College of Art, London, Inggris, "menemukan" concrete canvas, kantong yang bisa berkembang menjadi tenda darurat.
Bangunan ini terbuat dari konsentrat semen sehingga, meski tipis, dindingnya cukup kuat. Dan yang lebih penting lagi, tenda ini dapat dibangun dalam waktu singkat dan mudah dibawa-bawa. Untuk membangun tenda, kanvas konsentrat ini tinggal ditambahi air dan dipompa udara. Ini bisa dikerjakan oleh satu orang dalam waktu 40 menit, dan siap digunakan dalam 12 jam kemudian.
"Konsentrat semen ini memberi kami ide membuat bangunan yang kuat, meski tipis," kata Brewin, yang memenangi hadiah kedua dalam Cement Association Competition tahun 2004 lalu.
Untuk tahap pertama ini Crawford dan Brewin membuat prototipe berskala 1 : 8 dari ukuran sebenarnya. Nantinya, setiap kantong yang memiliki berat 230 kilogram mampu membangun tenda seluas 16 meter persegi. Harga untuk satu tenda diperkirakan US$ 2.100 atau sekitar Rp 19,74 juta.
0 Responses
Posting Komentar